Laki-laki itu menelponku tapi tak kutanggapi. Aku menjawab seadanya mendadak banyak sekali yang menelpon. Semua bahasanya standar menanyakan apa kabarnya, sudah makan bla bla bla. "Uh nggak penting,"aku hempaskan hpku diatas tempat tidur. Sebelum deringan telpon datang bertubi-tubi aku masih nyaman dengan kondisiku. Entah kapan aku terusik dengan kesendirianku. "hmm aku liburan ke Bandung saja sekalian menenangkan pikiranku,"aku membatin pada diriku sendiri.
"Yuk kita sholat berjamaah dek? " Kata-kata yang terindah dalam hidupku sejak ijab qobul sudah kami jalani. Rasanya baru kemarin deringan telepon serasa menerorku. Apa yang Allah rencanakan untukku. Deringan telepon ku jawab satu persatu biasa dengan datar karena memang tak terbiasa di telepon apalagi ada kata-kata lebay rasanya mau ditutup saja. Biasanya tidak seperti ini kenapa diuji dengan pibanyak laki-laki yang ingin taaruf. Padahal inginnya fokus hanya satu yang niatnya lillah. Tidak mudah di beri ujian seperti ini saat aku harus memilih satu.
"Tante kukenalkan ya sama teman kerjaku, "kata keponakanku dengan serius. "Silahkan saja kalau mau serius datang kerumah " aku menjawab dengan penuh keyakinan. Tibalah saat perkenalan itu terjadi dan itu untuk kesekian kalinya tidak berlanjut. Aku tahu alasannya tapi tidak menjadi beban buatku toh tidak bisa di ubah lagi takdir dari Allah. Makanya yang memilihku harus lillah. Dari sekian telepon berdering hanya satu yang terpaut dengan diriku.
"Baik aku akan kerumah setelah magrib, "katanya dengan pasti tahu alamat rumahku.
"Iya,"jawabku masih dengan nada datar. Aku persiapkan diriku dengan apa adanya tanpa direkayasa plus tongkat yang selalu menemaniku. Laki-laki itu datang dengan menggunakan sarung dan baju koko dan percaya diri sekali. Aku menyambutnya dengan bersalaman yang tidak menempel ternyata respon yang sama darinya. Bagiku ini awal bagaimana aku bisa menerimanya. Selama 1 jam pertemuan kami. Pertemuan yang singkat menurut perhitungan manusia,namun bagiku pertemuan ini melalui jalan yang panjang dan sudah diatur dengan jalan ainul yaqin karena Dialah yang memilihku Lillah karena Allah.
#20harimenulis#FLPJambi#Day13
"Yuk kita sholat berjamaah dek? " Kata-kata yang terindah dalam hidupku sejak ijab qobul sudah kami jalani. Rasanya baru kemarin deringan telepon serasa menerorku. Apa yang Allah rencanakan untukku. Deringan telepon ku jawab satu persatu biasa dengan datar karena memang tak terbiasa di telepon apalagi ada kata-kata lebay rasanya mau ditutup saja. Biasanya tidak seperti ini kenapa diuji dengan pibanyak laki-laki yang ingin taaruf. Padahal inginnya fokus hanya satu yang niatnya lillah. Tidak mudah di beri ujian seperti ini saat aku harus memilih satu.
"Tante kukenalkan ya sama teman kerjaku, "kata keponakanku dengan serius. "Silahkan saja kalau mau serius datang kerumah " aku menjawab dengan penuh keyakinan. Tibalah saat perkenalan itu terjadi dan itu untuk kesekian kalinya tidak berlanjut. Aku tahu alasannya tapi tidak menjadi beban buatku toh tidak bisa di ubah lagi takdir dari Allah. Makanya yang memilihku harus lillah. Dari sekian telepon berdering hanya satu yang terpaut dengan diriku.
"Baik aku akan kerumah setelah magrib, "katanya dengan pasti tahu alamat rumahku.
"Iya,"jawabku masih dengan nada datar. Aku persiapkan diriku dengan apa adanya tanpa direkayasa plus tongkat yang selalu menemaniku. Laki-laki itu datang dengan menggunakan sarung dan baju koko dan percaya diri sekali. Aku menyambutnya dengan bersalaman yang tidak menempel ternyata respon yang sama darinya. Bagiku ini awal bagaimana aku bisa menerimanya. Selama 1 jam pertemuan kami. Pertemuan yang singkat menurut perhitungan manusia,namun bagiku pertemuan ini melalui jalan yang panjang dan sudah diatur dengan jalan ainul yaqin karena Dialah yang memilihku Lillah karena Allah.
#20harimenulis#FLPJambi#Day13
Komentar
Posting Komentar