CIKA YANG SUKA BERBAGI
Pagi yang cerah suara
ayam jantan berkokok membangunkan semua yang ada disekitarnya termasuk Cika
yang suka bangun pagi-pagi. Cika selalu menyiapkan segala sesuatunya dimalam
hari sehingga saat pagi menjelang Cika hanya siap-siap untuk sholat subuh dan
berangkat sekolah. Cika anak yang baik hati dan rajin menabung. Walaupun setiap
hari Cika di beri uang saku namun Cika selalu menyimpannya di tabungan ayamnya.
Dan Cika tidak lupa selalu membawa bekal makanan yang telah disiapkan oleh
bundanya. Seperti pagi ini Cika membawa bekal dan menyimpannya didalam tas
sekolah.
“Bunda.. Cika pamit dulu
ya mau pergi sekolah,” kata Cika pada bundanya.
“Iya sayang..tunggu
ayahmu ya,” kata bunda sambil membereskan piring-piring diatas meja.
“ Cika sudah siap sayang?”tanya ayah dari
kamar, ternyata ada berkas yang harus ayah bawa kekantor.
“ Sudah dong ayah,” jawab
Cika dengan hati senang.
Saat istirahat tiba Cika
dengan hati senang membuka bekal makanannya. Diapun memakannya dengan lahap
namun Cika bukanlah anak yang pelit, dia suka memberi bekal makanannya kepada
temannya yang tidak diberi uang jajan oleh orangtuanya karena memang tidak ada.
Seperti jam istirahat ini Cika mendapati temannya Siti duduk sendirian saat
teman-teman yang lainnya pergi kekantin dan jajan.
“Siti nih makan saja
bekalku, ibu sengaja melebihkannya untukmu,” kata Cika sambil menyodorkan bekal
makanannya kepada Siti.
“ Terimakasih Cika, kamu
baik sekali,”tangan Siti mengambil salahsatu roti bekal Cika.
Roti itu berisi lengkap
ada sayurnya juga daging cukup mengenyangkan perut disaat lapar. Begitulah Cika
selalu membawa bekal makanan dan melebihkannya untuk Siti temannya yang selalu
tidak membawa uang ataupun bekal. Cika merasa kasihan padanya karena Siti anak
yatim, dia hanya tinggal bersama ibunya yang bekerja sebagai buruh cuci
tetangga. Meskipun demikian Siti anak yang pintar dan rajin bersekolah. Cika
senang berteman dengannya.
Beberapa hari Siti tidak
bersekolah. Cika merasa heran tidak pernah dia melihat Siti bolos sekolah.
Akhirnya pagi ini Cika mendapat kabar dari ibu guru bahwa ibunya Siti sedang
sakit. Soalnya ibu guru Asih datang menjenguk rumah Siti yang masih satu jalur
dengan rumahnya.
“Nah anak-anak siapa diantara kalian yang mau
ikut ke rumah Siti sepulang sekolah,” kata ibu Asih kepada anak-anak.
Cika yang mendengar itu
langsung mengacungkan tangannya,
“ Saya bu ikut,” jawab
Cika.
“Yang lain bagaimana ada
yang bisa ikut ?” tanya ibu Asih lagi.
“ Saya ikut bu,” kata Dino ketua kelas Cika.
“Iya sudah kalau begitu Cika dan Dino yang
ikut ibu ke rumah Siti ya,” kata ibu Asih. Kelas pun berakhir anak-anak pulang
dengan gembira. Ibu Asih menelpon orangtua Cika dan Dino untuk meminta izin
pulang terlambat kerumah karena mereka mengikuti ibu Asih menjenguk ibu Siti
yang sedang sakit. Sesampainya dirumah Siti. Ibu Asih, Cika dan Dino memberi
salam dan muncullah Siti dengan raut muka yang pucat mungkin kurang tidur
karena harus menunggu ibunya yang sedang sakit, namun tetap memperlihatkan
wajah yang ceria seolah-olah tidak ada masalah.
Melihat ibu guru dan teman-temannya datang Siti langsung mempersilahkan
mereka masuk. Cika sangat iba pada Siti dan berkata pada hatinya akan membantu
Siti dengan uang tabungannya.
“ Siti yang sabar ya,” kata Cika saat mau
pulang.
“ Iya Cika sudah biasa harus
dijalani saja kehidupanku,” kata Siti sambil tersenyum.
“ Semoga ibu cepat
sembuh,” kata Cika lagi.
“ Dan Siti juga bisa sekolah lagi, biar bisa
tanya-tanya lagi soal PR,” kata Dino sambil menggaruk kepalanya yang tidak
gatal.
“ Ah bisa saja Dino, Insya
Allah Siti segera kesekolah lagi,” kata Siti sambil menyalami ibu Asih. Mereka
pun pamit dan pulang dengan diantar oleh ibu guru yang baik ibu Asih.
“ Bunda, Cika punya teman
namanya Siti,” kata Cika pada bunda.
“ Oh yang anak yatim itu
ya, Cika suka menyebutnya tapi belum pernah diajak kerumah kita,” sela bunda.
“ Bukan begitu bunda,
Siti belum ada waktu untuk bermain, dia selalu membantu ibunya jadi belum
sempatlah main kerumah kita,” terang Cika pada bunda.
“ Oh begitu, kapan-kapan ajak main kerumah
kita ya Cika, bunda ingin berkenalan dong dengan Siti teman Cika, masa bunda
belum kenal dengan teman yang suka bunda tiitpkan bekalnya pada Cika,” canda
bunda.
“ Iya bunda tenang saja nanti Cika bawa Siti
kerumah,” janji Cika pada bunda. Sebenarnya Cika mau minta izin pada bunda
untuk membuka tabungannya tapi tidak kuasa membuka mulutnya untuk
mengatakannya. Sudahlah bunda mungkin akan mengerti apa yang terjadi pada Siti.
Malam semakin larut Cikapun tertidur pulas.
Keesokkan harinya dengan
terburu-buru Cika pamit pada bunda dan ayahnya. Hari itu libur dan Cika ke
tempat yang sudah dia rencanakan sebelumnya. “ Duh nggak enak juga ya nggak
bilang sama bunda dan ayah,” dalam hati Cika menyesal. Namun sudah terlanjur
dan semoga orangtuanya mengerti apa yang dia lakukan untuk kebaikan. Yah hari
itu Cika menuju kerumah Siti. Cika membawa uang dari tabungan ayamnya. Cika
sudah bertekad untuk membantu Siti supaya ibunya bisa berobat setidaknya
menambah untuk biaya hidup sehari-hari selama ibunya sakit.
“ Assalamualaikum,” salam Cika dari depan
rumah Siti.
“ Waalaikumsalam,” jawab
Siti sambil membuka pintu rumahnya.
“ Oh Cika ayo silahkan masuk ,” ajak Siti
seraya masuk kedalam rumah.
“ Siti aku hanya ingin memberikan uang ini
padamu, terima ya,” kata Cika sambil memberikan uang yang ada diamplop putih.
“ Terimakasih Cika kamu
teman yang baik, tapi ini kan uang tabunganmu, bukankah kamu ingin membeli
sepeda gunung supaya bisa bersepeda saat liburan kerumah nenekmu,” kata Siti
sambil meletakkan amplop putih itu ditangan Cika.
“ Terimalah Siti kamu
lebih membutuhkan uang sekarang,” kata Cika kembali diraihnya tangan Siti.
“ Iya Cika tapi bagaimana
aku harus mengembalikannya,” tanya Siti.
“ Kamu tidak perlu mengembalikannya dan aku
bisa menabung kembali, kan kamu tau aku tidak pernah jajan di sekolah jadi aku
bisa terus menabung,” kata Cika dengan hati yang lega.
“ Alhamdulillah semoga
rezekimu ada terus ya Cika,” kata Siti dengan linangan airmatanya karena
terharu memiliki teman yang baik hati seperti Cika.
“ Aamiin” jawab Cika
sambil menyeka airmata Siti.
Merekapun gembira karena
saling bisa memberi dan menghargai. Yang paling bahagia Cika karena dia sudah
bisa memberi sesuatu yang diapun perlu. Namun keinginannya bisa ditunda
sedangkan Siti lebih membutuhkan uang sekarang. Tinggal bagaimana menghadapi
bunda dan ayah saat tiba waktunya membeli sepeda.
“Nanti saja toh masih ada waktu,” kata Cika
dalam hati.
Saatnya tiba untuk
membuka tabungan ayamnya. Bunda dan ayah siap-siap untuk mengetahui jumlah
tabungan Cika, karena mereka selalu memberi jatah uang untuk ditabung.
“ Nah Cika sekarang coba kamu buka tabunganmu
sekarang ya,” kata ayah.
“ Iya ayah,”lirih Cika dengan sejuta deg
degan, berharap ayah tidak marah. Tabungan ayam Cika pun terbuka dan bisa
ditebak betapa sedikitnya tabungan itu. Bunda heran karena sejak terhitung
menabung setidaknya jumlahnya tidak segitu. Ayah pun begitu juga heran.
“ Loh Cika kok uangmu
sedikit ya,” selidik ayah.
“ Iya Cika kemana uangnya selama ini,” lanjut
bunda dengan muka penuh tanda tanya.
“ Hmmm begini ayah..Cika
memberikan sebagian uang tabungan Cika pada teman yang ibunya sedang sakit,”
jelas Cika dengan suara pelan.
“ Siti maksudmu,” kata
bunda menatap kearah Cika.
“ Kok bunda tahu kalau Cika
memberikannya pada Siti,” tanya Cika pada bunda. Bunda mengelus kepala Cika
dengan penuh kasih seraya berkata,
“ Iya bunda tau dari Siti sendiri karena
kemarin tanpa sepengetahuan Cika, Siti kerumah menemui bunda dan mengatakan
semuanya pada bunda.”
“ Jadi bunda dan ayah tidak marah kan kalau
uang tabungan itu Cika berikan pada Siti,” tanya Cika dengan gembira.
“ Tentu saja tidak nak,” kata ayah dengan
bijaknya.
“ Kami hanya mencoba apakah Cika mau
mengatakannya langsung pada ayah dan bunda tentang pemberian uang tabungan itu
,” jelas ayah sambil memeluk Cika memberi rasa hangat pada jiwanya.
“ Terimakasih ayah..terimakasih
bunda , Cika bangga punya orangtua seperti kalian,” peluk cika pada bunda.
“ Nah sekarang kita ke toko sepeda sebagai
hadiah untuk anak ayah yang suka berbagi,” kata ayah sambil mengelus kepala
Cika.
Betapa bahagianya Cika akhirnya dia bisa
memiliki sepeda gunung yang selalu dia impikan. Dalam hatinya Cika berjanji
akan terus menabung karena banyak sekali manfaat yang bisa dia lakukan dengan menabung
salahsatunya bisa menolong oranglain pada saat oranglain itu membutuhkan
pertolongan.
#20harimenulis#FLPJambi#Day6
Komentar
Posting Komentar